6:20 PTG | Posted in

“Kebiasaan akan membentuk kenyamanan, baik itu kebiasaan positif maupun negatif. Kebiasaan positif yang dilakukan dengan senang hati (nyaman), akan membawa kita menjadi manusia yang luar biasa. Sebaliknya, Anda harus hati-hati jika kebiasaan negatif membuat Anda merasa nyaman.”

Apakah Anda berprestasi dan berkarya di lingkungan tempat Anda tinggal? Misalnya, di kantor jika Anda seorang pegawai kantor, di sekolah maupun kampus jika Anda seorang pelajar/mahasiswa, di rumah jika Anda seorang ibu rumah tangga. Atau, yang lebih luas lagi, yaitu Anda berkarya sedangkan karya Anda bermanfaat bagi umat manusia, bahkan dunia.

Pada kenyataannya, hanya sebagian kecil saja orang yang berhasil berprestasi di bidangnya masing-masing. Hanya sedikit orang yang luar biasa. Sebagian besar orang berada pada level biasa-biasa saja. Bahkan, ada di antara mereka yang frustrasi dan terpuruk.

Hidup ini memang sebuah pilihan. Tetapi, mengapa banyak orang yang tidak memilih untuk berprestasi dan berkarya? Mereka bukan tidak memilih. Jika kita tanyakan pada semua orang, tentu mereka akan memilih menjadi orang yang luar biasa daripada yang biasa-biasa saja. Mungkin, mereka tidak tahu caranya. Yang tahu caranya pun tidak konsisten melakukannya. Ini bisa terjadi karena mereka merasa tidak nyaman dengan apa yang mereka lakukan.

Untuk memperjelas uraian saya di atas, mari kita simak ilustrasi di bawah ini:

Seseorang yang sudah terbiasa melakukan yang terbaik, jika suatu hari ia tidak melakukan dengan baik, ia akan merasa tidak nyaman. Sehingga, tak heran bila prestasi dan penghargaan selalu menempel padanya. Sebaliknya, jika seseorang itu terbiasa dengan kemalasan, maka untuk berubah menjadi rajin tentu tidak akan membuatnya merasa nyaman. Apalagi, ia sudah merasa nyaman dengan kemalasannya. Sehingga, kita pun tak heran bila dia akan menjadi manusia yang biasa-biasa saja. Bukan suatu yang mustahil dia akan terpuruk lebih dalam. Menjadi sampah masyarakat.

Orang-orang yang luar biasa seperti Thomas Alva Edison, Soichiro Honda, Andrie Wongso, Susi Susanti, dan sederet orang luar biasa di bidangnya masing-masing, tentu merasa nyaman melakukan kegiatan yang menunjang cita-cita mereka itu. Jika Thomas Alva Edison tidak merasa nyaman, tentu tidak akan betah melakukan berbagai percobaan sampai keseribu kalinya. Demikian juga dengan Susi Susanti, tentu ia merasa nyaman dengan latihan-latihan yang super ketat. Jika tidak, ia akan merasa terbebani sehingga enggan untuk berlatih keras. Mereka (orang-orang luar biasa) sudah memupuk kebiasaannya sampai merasa nyaman. Ini yang membuat mereka luar biasa di mata orang lain.

Sejak semasa sekolah, saya suka membaca. Jika tidak membaca saya merasa tidak nyaman. Ketika masih bekerja menjadi PRT Hongkong pun, saya tidak nyaman jika saya tidak membaca. Maka, saya membeli buku-buku dan browsing di internet untuk mendukung kebiasaan saya tersebut. Sampai akhirnya saya terinspirasi untuk menulis. Dan, kebiasaan baru pun mudah terbentuk, karena hal ini didukung oleh kebiasaan lama yang menyenangkan. Bahkan, saya merasa kurang nyaman jika tidak menuliskan sesuatu di atas kertas pada hari itu. Dan, karya pertama pun lahir.

Setelah saya menikah dan memiliki anak, waktu untuk membaca dan menulis rutin mulai terganggu oleh padatnya aktivitas saya sebagai ibu rumah tangga dan sebagai motivator. Mulanya, saya tidak nyaman dengan keadaan ini. Tetapi, setelah saya nikmati beberapa waktu lamanya, saya merasa terbiasa dan nyaman. Sampai akhirnya saya harus kembali menulis karena stok tulisan saya di situs motivasi sudah habis. Kebetulan anak saya sudah mulai besar. Anehnya, ketika saya di depan komputer, saya merasa kurang nyaman. Mengantuk adalah alasan terbesarnya. Sering saya matikan kembali komputer saya. Wah, gawat! Saya harus mengembalikan kebiasaan saya yang sempat hilang. Saya membaca buku tiap hari, mencari bahan, berpikir, mengolah ide-ide saya, dan menuliskannya. Awalnya memang sulit, tetapi ini hanya awalnya saja. Setelah terbiasa, kenyamanan segera didapat. Apalagi jika kita begitu termotivasi. Bisa-bisa tak terbendung.

Sekarang saya mengerti, kenapa banyak orang yang menjadi orang yang biasa-biasa saja daripada menjadi orang yang luar biasa dengan prestasi dan karya. Ternyata, mereka bukan tidak memilihnya, tetapi karena mereka tidak bisa mengatasi start-nya. Mereka sangat tidak nyaman, jenuh, menyerah, merasa terbebani, tertekan, dan menderita jika harus melakukan kebiasaan yang mendukung cita-citanya. Akhirnya, cita-cita sebatas keinginan belaka.

Seperti halnya seorang siswa yang terbiasa bangun siang, terbiasa mengerjakan PR di kelas, terbiasa tidak menyiapkan pelajaran yang akan diterangkan oleh guru, terbiasa tidak fokus ketika guru menerangkan di depan kelas, dan terbiasa tidak mengulang pelajaran pada hari itu sepulang sekolah. Maka, ketika ia bercita-cita ingin menjadi juara sekolah, ia harus mengubah kebiasaan lamanya dengan kebiasaan baru yang mendukung keinginannya tersebut. Jika motivasinya besar dan menggebu-gebu, tentu ia bisa melewati awal yang sulit. Sehingga kebiasaan baru pun akan membuatnya nyaman. Apalagi jika ia sudah mulai dipuji karena nilai-nilainya. Pasti ia akan lebih bersemangat lagi dan tambah nyaman saja, meskipun kebiasaannya sekarang sangat menyita waktu dan tenaga. Demikian juga halnya kita di kehidupan nyata sebagai orang dewasa.

Lelah tapi puas, itu yang akan membuat kita bahagia dan bangga jika kita berhasil dengan prestasi dan karya. Bukan hanya kita, tapi orangtua, orang-orang terdekat kita, teman-teman, almamater bahkan negara kita juga ikut bangga. Masalahnya sekarang, bersediakah kita mulai melakukan kebiasaan seperti “orang-orang luar biasa” melakukannya?

Category:
��

Comments

0 responses to "Orang-orang Luar Biasa"

Grand OPP Tawau

Awards From Tianshi

Awards From Tianshi
Free Website Hosting